Dilema Rantau



Merantaulah.. agar kamu tau bagaimana rasanya rindu dan kemana kau harus pulang

Saat itu, di Bogor tanggal  9 Juli 2015, umurku 18 tahun, lolos SBMPTN jurusan Biologi di Universitas Andalas. 
Idamanku memang, kalau membayangkan nantinya akan lulus dengan gelar S.Si. Tapi siapa sangka kalau Universitasnya sejauh itu.


CHAPTER 1. KENDALA JARAK

Jujur aja yaaa, selama 18 tahun paling timur dari pulau Jawa yang pernah aku jelajahi cuman Sragen. Itu juga karena merupakan kampung halaman mbah uti, Nah daerah baratnya lebih parah, cuman Lampung.

Aku ga pernah sekepikiran itu kalau Papi ngebolehin aku merantau. Mami lain cerita, beliau menyarankan untuk daftar seleksi lagi tahun depan atau masuk universitas swasta farmasi yang disarankan temen arisannya

Kalau dijelaskan kondisinya gini
  1.     . Cuman Papi aku yang pernah ke Padang ( karena Uyut ku orang Bukittinggi)
  2.       Aku satusatunya anak perempuan, jadi agak lebih riskan untuk direlain kuliah jauh
  3.       Saat itu aku belum pernah naik pesawat samasekali, zero experience = riskan
  4.       Aku ga punya ATM, gak pernah berurusan sama ATM dan takut nyoba apapun di ATM
  5.       Aku ga bisa masak, karena mami bilang “mami bisa masak pas udah nikah” dan gaada yang pernah paksa aku untuk masak. Aku makan doang dirumah
  6.       Menurut mami, merantau itu dari desa ke kota. "Lah ini kamu malah ke desa, emangnya agenda blusukan?"


My house is about 1.249 km far from here


CHAPTER 2. KENDALA SIFAT MANJA

Di Padang kendala yang paling besar aku alami yaitu homesick, hampir setiap malam nangis ke Mami, aku kayak ditempat yang aneh, tinggal di Asrama yang 1 kamar buat berempat, makanan harus beli keluar padahal biasanya tinggal ngunyah, sekeliling asrama bukit-bukit jadi banyak banget nyamuk

Aku ga pernah berbagi kamar, barang, mainan atau apapun kesiapapun sebelumnya apalagi sekamar dengan orang yang tabiatnya beda beda. 
You will label me as a spoiled girl, yes, I am.

Ada satu kasus dimana kita berempat bertengkar karena nasi yang belum dimasak, air galon yang ga dibeli, kamar yang berantakan. Semuanya sebenernya karena kurang peduli satu sama lain. But, all problems are already solved, we are best friend since that day

Aku mau mention Hermanides (Agribisnis 15) dia kerjaannya nyindir, ngomel, dan aku gatau kenapa, She acts like don’t care to everyone, but there’s a moment dimana kita berdua bonding jauh lebih baik saat temen-temen asrama yang lain pulkam dan sejak itu aku jadi belajar banyak dari dia. Masak, menata baju, nyetrika baju, nata kosmetik dll. 



Bagi kalian pasti biasa aja, enggak loh. Si Ani ini super duper rapih and i triggered to be OCD because of her. Kalo baju aku belum lurus dan warnanya ga sama aku jadi stress. Sedikit demi sedikit ilmu masak menggunakan rice cooker juga aku pelajari dari dia. Thanks Ani sifat manjaku teratasi

Hasil Berguru (2018)

Hasil berguru dengan Ani (2015)




Masak berdua di Asrama


Selain berkat Ani, Di Biologi juga ada kuliah lapangan yang mewajibkan mahasiswa/i nya terjun langsung ke hutan hutan. Kegiatannya mengambil sampel tumbuhan atau hewan yang nantinya akan dianalisis sesuai mata kuliah yang sedang diampuh saat itu. Aku amazed banget sih sama kegiatannya, bikin aku jadi mandiri.

Mulai dari masak sendiri, mempersiapkan makanan sendiri, mendirikan tenda, mengurus transportasi, medis dan perlengkapan semua dilakukan bergotong royong satu angkatan.

Bahkan aku sempat ambil peran dulu jadi koordinator bidang dokumentasi. THANKSS Biology


CHAPTER 3. LINGKUNGAN DI PADANG

Saat itu di Padang gaada bioskop, adanya layar tancep gitu di daerah Pasar Raya.  Walaupun ada layar tancep, aku gak yakin ada temen yang mau diajak nonton disana.

Ga ada Alfamart, Indomaret, Giant, Centro, Payless, Starbucks, Richeese factory, Gramedianya ga kumplit, gaada waterboom padahal aku demen banget renang, Ice skating, atau Theme Park gitu gaada.
Jadi aku kalau hangout kalau ga ke Plaza Andalas, ya ke Pasar Raya

Aku cuman mau nanya “Jadi kalian kalau pacaran, liburan dengan keluarga, monthly shopping atau menikmati weekend kemana sih?”


Nb:
Sebagian besar temen (di Bogor) aku kan suka nanya kenapa di Padang gaada Alfamart. Sekalian berbagi informasi, Aku pernah kunjungan ke Kantor Walikota Padang, Singkatnya Pak Mahyeldi bilang bahwa waralaba semacam Alfamart atau Indomaret dikhawatirkan akan merusak perekonomian daerah SumBar. Orang Minang suka berdagang dan mereka punya waralaba sendiri namanya Minang Mart.

Untungnya saat ini (2018) bioskop ada 2 yaitu di Transmart dan di Plaza Andalas. Akhirnya terjawab bahwa masyarakat sini kalo liburan ya ke tempat wisata alam gitu. Karena pesona Sumatera Barat memang dari segi alamnya.




Pantai Padang, 2015

Tahun 2015 saat itu, lagi ramai ramainya berita Asap Riau dan Gempa. Padang diselimuti asap tebal akibat Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang bikin mamiku malah makin ketar-ketir. 6 bulan loh kabut asapnya

Temen-temenku terbiasa sama gempa, mereka udah ga panik panik banget ketika gempa. Sedangkan aku udah panas-dingin, gemetar, zikir dan tersedu-sedu telpon mami "Kaka mau pulang ajaaaaa mi~" 
hahaha


Kabut asap di Padang


CHAPTER 4. BAHASA

Setelah masuk masa perkuliahan datanglah masalah terbesar yaitu culture shock. Karena sebagai perantau dari Bogor yang tidak mengerti apa-apa, aku dianggap kurang taratik, indak barujuang, indak tau di kato nan ampek. INNALILLAHI

Iya jadi tuh kalian para pembaca harus bayangin aku yang kalau ngomong ala ala betawi sunda yang bahasanya tergolong kasar (Sunda alus contohnya Bandung)
“Masa sih?”
 “Lah iyakk?”
“Sotau banget sih lo!”
“Pengen tau banget atau pengen tau aja?”
“Demi apaaah?”
“Masalah buat lo!”
dan beberapa Bahasa gaul ala ala anak labil baru lulus SMA

Posisi aku saat itu ga ngerti Bahasa minang sama sekali. Ketika temen temen aku ngomong “Beko” yang terlintas difikiran aku ya…mobil Beko, mobil alat berat atau excavator.


Beko yang aku fikirkan

Setelah itu aku menjadi bulan-bulanan senior, aku merupakan sasaran empuk ketika mereka mau ngetes kemampuan komting angkatan dalam mengurus leting

Ketika senior bilang “Capek diak!”.
Terus aku bilang “iya kak capek banget” kemudian aku dieksekusi “kamari diak ikut uni kabalakang

(mampus guee ngomong apa tadi)

“Jan GALAK diak”  
(dalem hati aku, “lah situ kali mah yang daritadi berurat ngomongnya”)

Ternyata Capek artinya cepat, dan Galak artinya Ketawa

Dan ditambah lagi, semua senior aku pukul rata dengan aku panggil “kaka”. Manakutau kalau ternyata “kaka” itu untuk perempuan aja, kalau untuk laki laki harusnya “abang”. 

Mungkin bagi kalian sepele, tapi banyak informasi yang aku terima akhirnya salah kaprah karena perbedaan penggunaan kaka dan abang.

Di Bogor, kita berteman kebanyakan pakai ‘gua-lu’ kecuali punya hubungan spesial baru deh ‘aku-kamu’. 
Di Padang semua orang ‘aku-kamu’-an. 
Pertama kali aku nyoba ngomong ke laki laki selain pacar pakai aku-kamu rasanya aneh banget 
“YaAllah deh punya hubungan apa gue sama dia” Kataku dalam hati

Beberapa cowok yang memakai sapaan itu ke aku pun bikin aku kepedean, aku jadi merasa sangat diperhatiin oleh dia, terutama kalo yang ngomong agak ganteng.
“Nanti aku kabarin kamu deh Chal”
“Bareng aja pulangnya sama aku Chal”

WHAT, EFEKNYA BEDA, obrolan diatas jadi romantis, iya dianya biasa aja, gue yang deg-degan πŸ˜†

Karena aku oon dan polos, kadang aku juga sering jadi bahan bulanan senior dan temen temen yang iseng ngerjain. Misal lagi ngobrol ngobrol,  tiba tiba ada satu orang yang so-ide nyuruh aku 
“Chal ngomong ‘Pant3k’ coba” 
"Kenapa emang?"
"Coba aja"
"Pant*k"
"kencengan dikit, teriak deh coba"
"P A N * E K "
"HAHAHAHAHAHA"
Dan masih banyak bahasa pacaruikan (Kasar) yang lain yang sekarang aku hafalin, supaya gak dikadalin lagi

Orang minang asli kalo ngomong sama aku, jadi auto-indo, karena akunya yang ga beradaptasi, dan mereka yang emang dengan senang hati mengalah

Aku lagi dalam proses belajar sih
Yang aku tau Bahasa minang kalo belakangnya huruf S diganti jadi H (Manih, Paneh, Padeh, Bareh, Abih)
kalau yang belakangnya huruf A diganti jadi O (Apo, Gilo, Cinto, Namo, Talingo)
Belakangnya “ing” jadi “iang” (Kambiang, Suntiang)
Ada yang ditambahin “auah” (Bapaluah, manjauah)
Kalo belakangnya huruf B diganti K (manjawek)

Lalu untuk kalimat tanya, orang minang sangat irit
Apa 🠊 A?
Bagaimana -🠊 Baa?
Siapa🠊 Sia?
Dimana 🠊 Dima?
Kemana 🠊 Kama?
Berapa 🠊Bara?
Mengapa 🠊 Manga?

YAKAN IRIT BGT

Orang minang sering ngetes kemampuan bahasa aku, dengan bertanya seperti ini

“Chalistha, bisa Bahasa minang?”
“iyo biso” (sok-sokan)
“biso a ko? Biso ular?”
“…”
Tuh mau praktek diketawain ya gimana mau bisa dong ☹

Kalo boleh melakukan pembelaan diri, Aku belum pernah denger bahasa minang sebelumnya jadi aku belajar memang dari nol, tetangga rumahku kebanyakan berasal dari jawa tengah, jawa timur atau betawi.

Aku enggan mempraktikkan bahasa minang, khawatir kalo terbiasa pakai bahasa minang nanti terbawa ketika pulang ke Bogor. 
Gapapa sih, palingan cuman diledekin aja. 
Pernah sekali keceplosan ngomong "Ndeh Mandeh" . Ntah dateng darimana suaranya,tiba tiba ada yang nyaut "Tusdeh wenesdeh" 
πŸ˜•
Walaupun terhambat belajar bahasa yang lambat aku menyadari keuntungan aku bisa bahasa minang adalah ketika aku belanja baju di Tanah Abang. Aku bisa nguping yang mereka omongin. 
Kadang mereka berdiskusi harga yang aku tawar dengan sesama penjual menggunakan bahasa minang seolah olah mereka pikir aku tidak paham

Beberapa kali malahan dapat diskon karena merasa sekampuang. Padahal engga. 
Pokonya kalo ditanya "Urang ma diak?" aku dengan randomnya akan menjawab salah satu kota terkenal di Sumatera Barat 'Bukittinggi'


CHAPTER 5. PADANG KOTA YANG RELIGIUS

Ga melulu soal yang jelek. Padang atau orang minang ngajarin aku banyak hal. Terutama soal agama. Alhamdulillah Allah kasih aku waktu untuk berubah ditempat yang tepat.

Aku satu tahun tinggal di Asrama hijau, ada hal yang diwajibkan selama tinggal di asrama yaitu solat subuh berjamaah di Masjid. 

Sebenernya, Aku gabakalan nolak diajak solat, tapi kendalanya terkadang aku tidak sengaja ketiduran jam 2 dan baru bangun saat subuh dengan tugas yang masih numpuk sedangkan masuk jam 7.30. Sehingga keputusan terbaik saat itu adalah solat subuh di asrama, mandi lalu lanjut nugas sampai jam 7

Selain itu alasan kenapa solat subuh berjamaah di masjid kurang efektif adalah terkadang usai kita solat di Masjid nantinya kamar mandi akan over crowded dan kemungkinan terlambat lebih besar. 
Jadi disaat itu aku berdalih bahwa solatnya perempuan lebih baik di rumah saja hehe. 

Akhirnya karena aku banyak tingkah dan banyak alasan, walaupun aku solat subuh, aku pernah sekali dihukum angkat Kasur keliling komplek asrama. 
Malu? BANGET😒


Setelah setahun asrama, aku pindah ke kos yang sedikit jauh dari UNAND. BTW, disini ada azan tahajud loh sekitaran jam 4. Nanti jam 5 ada azan lagi untuk subuh. 
Hm, Aku rasa cuman Padang yang punya azan 2 kali pagi pagi
Kosan aku literally sebelah masjid, jadi seolah punya alarm religi dan tiap abis subuh selalu ada pengajian, asmaul husna, dan al-matsurat yang dibacain tapi aku dirumah aja ga keluar hehe
Dalih aku yang lain, membaca dan mendengar ngaji memiliki pahala yang sama

Aku lebaran selalu di Sragen, tapi kalau Idul Adha udah 3 tahun ini selalu di Padang. Hal yang membuat aku excited terhadap idul adha adalah karena Aku doyan banget makan daging. baik Sapi atau Kambing dua duanya suka. 
Sad momentnya aku gapernah dapet daging disini 😒 aku gatau gimana caranya dapet kuponnya, mungkin karena aku ga domisili Padang. 
Tapi terimakasih banget untuk Amak-amak temen aku yang baik hati diluar sana yang nitipin dagingnya ke aku melalui anaknya.
Itu plus-plusnya jadi anak rantau, mamah angkatku dimana-mana


CHAPTER 6. TRANSPORTASI

Ini yang paling menguras tenaga dan uang. Hari kedua aku di Padang aku langsung beli sepeda baru. Ide awalnya yaitu karena di UI kan orang ke kampus dari asrama pakai sepeda. 
Aku beli seharga 2 juta di Pasar raya dan aku cobain keliling UNAND, satu hal yang aku gatau ternyata jalanan UNAND gak landai, melainkan mendaki menurun gakaruan, stupid Chalistha.


Akhirnya sepedanya dimainin sama temen-temen asrama didalam asrama

Aku naik bis UNAND kemana mana, kalau ga ada bis aku rela jalan kaki. Semenjak di UNAND baru ketauan ternyata aku pelit banget soal uang transportasi haha. 
Kalau cuman 1-2 km aku pasti jalan kaki. kalau lebih dari itu barudeh aku nyetop angkot DUGEM nya Padang 



CHAPTER 7. STEREOTYPE

Orang di lingkungan rumahku mengenal orang Padang sebagai orang yang pandai berwirausaha. Generalisasi ini sering terjadi. Hal ini terjadi karena sifat ‘judgemental’ dianut sebagai persepsi awal orang lain dalam mengenal suatu suku. 
Kadang ga salah sih, UKM di Kota Padang sendiri sebanyak 1,2 juta yang mayoritas pada bidang produk makanan dan minuman. Sehingga beberapa orang mengeneralisasi orang Padang pandai berwirausaha. Good point!

Tapi kadang ada juga stereotype yang negatif
“Orang padang pelit”
“Padang bengkok” (licik)
“Cowok Padang dibeli cewek”
“Orang Padang biasanya mancung, ga gemuk, tirus dan alisnya bagus”

Pengaruhnya apa ke aku? Jelas ada walaupun sepele.
“Gaada kembaliannya Chal”
“Masa sih, yaudah nih lu ada seribu ga? Gua kasih goceng”
“Ah semenjak kuliah di Padang jadi pelit ya lu Chal”
LAAAHHHH?!!!!

“Temen lu gaada yang jomblo apa Chal?”
“Banyak sih”
“Kenalin dong, katanya cowo Padang mancung- mancung kayak si… (dia nyebut temen gue yg kampungnya di Bukittinggi sekolah di Bogor) ya?”
“Ya ga semua, ada yang mukanya jawa bgt” *nah gue ikut ikutan pake nge-stereotypein*


πŸ˜πŸ˜€πŸ˜†πŸ˜…πŸ˜πŸ˜€πŸ˜…πŸ˜†

WELL, kalian mesti cari tau sendiri kebenarannya. Yang mau aku tekanin disini “iya kadang apa kata orang itu bener, kadang juga engga, jangan digeneralisasiin hanya karena 1-2 orang yang ngelakuin. Survey atau riset itu penting, Show the data, show the facts, kurangin kata kata orang”

Dan buat temen temen yang pernah ngobrol sama aku trus ngerasa tersinggung, selain kata MAAF aku juga mau pesan untuk jangan pernah kapok berkenalan sama anak Bogor yang lainnya ya, jangan gara gara aku ngeselin, kurang taratik atau sombong trus kalian menstereotypekan semuanya seperti aku. Aku adalah oknum
πŸ™

Bagiku, merantau bukanlah sesimpel kuliah di daerah orang, tapi sarana pembelajaran diri, kamu bahkan bisa aja memulai identitas baru, mengenalkan sosok dirimu yang berbeda dari yang sebelumnya kamu kenalkan ke oranglain di kampung halamanmu, kalau citramu lebih baik, pasti kamu merasa menjadi "orang yang baru". Yaa semacam 2 kepribadian, atau anggap saja sebuah lapangan latihan yang walaupun kamu gagal kamu tetep punya tempat untuk pulang

Terimakasih Padang yang telah mengajarkanku ilmu-ilmu hidup, etika, agama, dan kemandirian.

Quote yang pertama kali aku tulis di blog ini "Merantaulah.. agar kamu tau bagaimana rasanya rindu dan kemana kau harus pulang” 
Sebenernya sudah berubah maknanya dihati aku.
Rindu selalu ada tapi terkadang aku bingung mana yang aku sebut 'pulang' both of 'em feel like HOME. 

CheersπŸ’ž



Comments